Jembatan Mahakam Kembali Jadi Korban: 20 Insiden, Solusi Permanen Tak Kunjung Datang

- Editor

Jumat, 9 Mei 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Algarinews.com – Jakarta, – Insiden kapal tongkang bermuatan batu bara yang kembali menghantam tiang Jembatan Mahakam pada 28 April lalu bukan sekadar kecelakaan maritim. Ini adalah alarm keras akan lemahnya sistem perlindungan infrastruktur vital di tengah denyut logistik nasional yang kian padat.

Penutupan sementara jembatan pada 30 April hingga 1 Mei, meski dinilai sebagai langkah preventif, justru menyorot absennya solusi jangka panjang. “Kita bicara tentang jalur yang menjadi nadi ekonomi, bukan sekadar tiang jembatan yang rusak,” ujar DR. Capt. Marcellus Hakeng Jayawibawa, pengamat maritim dari IKAL Strategic Center (ISC), saat diwawancarai di Jakarta (8/5).

Menurutnya, insiden ini menguak kelemahan mendasar dalam pengelolaan lintas sektor. “Jembatan dikelola Kementerian PUPR, sungai diatur Kementerian Perhubungan melalui KSOP. Ketika terjadi insiden, tidak ada komando terpadu. Semua sibuk menyalahkan, tidak ada yang menyelesaikan,” tegas Capt. Hakeng.

Ia menyebut dampak ekonomi dari insiden semacam ini tak bisa diremehkan: distribusi batu bara terganggu, antrean kapal memanjang, biaya logistik melonjak, dan potensi kerugian negara meroket. “Industri batu bara adalah tulang punggung penerimaan negara bukan pajak. Ketika distribusinya terganggu, konsekuensinya sistemik,” lanjutnya.

Baca Juga :  Kebun Adolina Gelar Program "ADOLINA PERDULI” untuk Anak Yatim dan Jompo

Solusi ‘Murah’ yang Terabaikan

Salah satu solusi konkret yang ia tawarkan adalah pemasangan fender—pelindung elastis berbahan karet yang mampu menyerap benturan kapal—pada tiang-tiang jembatan. “Negara-negara dengan trafik pelayaran padat sudah lama mengadopsinya. Kita? Lebih dari 20 kali tabrakan, belum juga belajar,” sindirnya.

Menurut Capt. Hakeng, jika pemasangan fender dibiayai bersama antara pemerintah dan pelaku pelayaran melalui skema retribusi atau premi proteksi, anggaran negara tidak akan terbebani secara signifikan. “Investasi ini kecil dibandingkan kerugian yang terus berulang.”

Lebih dari Sekadar Peralatan

Namun ia menegaskan, teknologi bukan satu-satunya kunci. “Ini soal kelembagaan. Perlu pembenahan menyeluruh dari hulu ke hilir: koordinasi antarinstansi, regulasi lintas sektor, hingga ruang desentralisasi teknis bagi daerah agar bisa bergerak cepat saat terjadi insiden.”

Baca Juga :  Saat Mau Tawuran Sekelompok Pemuda di Tangkap Polisi Dan 2 Bilah Sajam Sebagi Barang Bukti

Ia juga mendorong penggunaan sistem navigasi modern, seperti lampu, radar, dan early warning system. “Bukan hal yang rumit. Teknologinya ada, biayanya terjangkau. Yang kurang adalah kemauan politik untuk menyatukan keselamatan dan ekonomi dalam satu bingkai kebijakan.”

Momentum untuk Bertindak

Insiden terbaru ini, menurutnya, harus dibaca sebagai panggilan reformasi menyeluruh dalam pengelolaan infrastruktur vital. “Ini bukan soal satu tiang jembatan yang retak. Ini tentang cara negara menjaga denyut logistiknya tetap hidup.”

“Keselamatan dan keberlanjutan bukan pilihan yang harus dipertentangkan. Keduanya bisa dan harus berjalan seiring, jika negara sungguh-sungguh berpikir strategis,” tutup Capt. Hakeng.

Narasumber: DR. Capt. Marcellus Hakeng Jayawibawa, S.SiT., M.Mar. Pengamat Maritim – IKAL Strategic Center Kabid Penataan & Distribusi Kader – PP Pemuda Katolik
085810280811

Berita Terkait

Soal Polemik di Perum Citra Swarna Tembong City:  Forwatu Banten Lakukan Audiensi Bersama DPMPTSP Kota Serang
PT Wijaya Kusuma Contractor Diduga Curi Pasir Laut, Forwatu Banten: Negara Jangan Diam!
Wow !! Diduga Rumah Dinas Aspol Diperjual Belikan Dan Jaminkan Pinjaman Ke Warga Sipil
Oknum Kasatker PJN Wilayah II Banten Diduga Bangun Gurita Bisnis Haram
Bersama, Serukan Sikap Damai! Tolak Provokasi di Tengah Dinamika Nasional
FORWAL: Minta Kapolda Banten Tangkap Oknum Brimob: dan Jangan Pandang Bulu
Tambang Emas Ilegal di Ketapang Diduga Dibiarkan Aparat, Publik Tagih Komitmen Presiden
Jejak Kasus Dugaan Korupsi PU Mempawah Ria Norsan di Periksa KPK Sebagai Saksi Selam 7 Jam
Berita ini 9 kali dibaca

Berita Terkait

Kamis, 23 Oktober 2025 - 12:54 WIB

Soal Polemik di Perum Citra Swarna Tembong City:  Forwatu Banten Lakukan Audiensi Bersama DPMPTSP Kota Serang

Jumat, 10 Oktober 2025 - 20:52 WIB

PT Wijaya Kusuma Contractor Diduga Curi Pasir Laut, Forwatu Banten: Negara Jangan Diam!

Rabu, 17 September 2025 - 23:11 WIB

Wow !! Diduga Rumah Dinas Aspol Diperjual Belikan Dan Jaminkan Pinjaman Ke Warga Sipil

Minggu, 14 September 2025 - 00:26 WIB

Oknum Kasatker PJN Wilayah II Banten Diduga Bangun Gurita Bisnis Haram

Minggu, 31 Agustus 2025 - 21:07 WIB

Bersama, Serukan Sikap Damai! Tolak Provokasi di Tengah Dinamika Nasional

Jumat, 22 Agustus 2025 - 08:25 WIB

FORWAL: Minta Kapolda Banten Tangkap Oknum Brimob: dan Jangan Pandang Bulu

Jumat, 22 Agustus 2025 - 01:31 WIB

Tambang Emas Ilegal di Ketapang Diduga Dibiarkan Aparat, Publik Tagih Komitmen Presiden

Jumat, 22 Agustus 2025 - 01:26 WIB

Jejak Kasus Dugaan Korupsi PU Mempawah Ria Norsan di Periksa KPK Sebagai Saksi Selam 7 Jam

Berita Terbaru