Melonjak Drastis: Bitcoin Naik 3.000.000% Setelah Dihapus dari Pemberitaan The Economist

- Editor

Rabu, 23 Oktober 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pete Rizzo, seorang sejarawan Bitcoin yang terkenal mengungkapkan bahwa tepat 13 tahun telah berlalu sejak The Economist, salah satu media bisnis paling terkemuka, meremehkan keberadaan aset kripto tersebut dalam artikelnya yang terkenal. Artikel yang dirilis pada 21 Oktober 2011 ini menyatakan bahwa Bitcoin berada dalam keadaan “dalam masalah,” setelah harga mata uang tersebut anjlok di bawah $3 dari puncaknya yang sebelumnya mencapai USD $33.

Dalam konteks sejarah Bitcoin, artikel tersebut mencerminkan skeptisisme awal terhadap aset digital yang kini menjadi salah satu aset paling berharga di dunia. Pada saat itu, Bitcoin masih dalam tahap awal perkembangannya dan belum mendapatkan pengakuan yang luas. Jatuhnya harga dari puncaknya menunjukkan volatilitas yang seringkali dialami oleh aset kripto, yang membuat banyak investor dan analis ragu akan masa depannya.

Namun, dengan berjalannya waktu, Bitcoin telah terbukti mampu bangkit kembali dan mengalami pertumbuhan yang luar biasa. Dari titik rendah itu, Bitcoin telah melampaui berbagai tantangan dan kini menjadi salah satu instrumen investasi yang paling banyak dibicarakan dan diperhatikan di seluruh dunia. Refleksi Rizzo tentang peristiwa ini mengingatkan kita akan perjalanan panjang Bitcoin, dari skeptisisme hingga menjadi fenomena global yang signifikan.

Gelembung Bitcoin pertama kali muncul pada bulan Juni 2011, berkat perhatian yang diberikan oleh Gawker, sebuah situs web budaya pop Amerika yang kini sudah ditutup. Artikel yang dipublikasikan oleh Gawker mengenai pasar gelap Silk Road yang terkenal menarik banyak minat terhadap aset kripto ini. Pada saat yang bersamaan, beberapa bursa aset kripto pertama mulai beroperasi, membuat akses bagi masyarakat umum untuk membeli Bitcoin menjadi jauh lebih mudah. Perkembangan ini menandai langkah awal Bitcoin menuju popularitas yang lebih luas.

Baca Juga :  Memperkenalkan IRAI LEIMA - Koleksi terbaru SAFF & Co. yang terinspirasi dari dewi air

Namun, meskipun ada semangat yang tinggi di kalangan investor baru, banyak yang tidak siap menghadapi realitas pasar yang penuh volatilitas. Dalam beberapa bulan setelah lonjakan minat ini, harga Bitcoin mengalami penurunan yang drastis. Pada bulan Desember 2011, harga Bitcoin jatuh menjadi sedikit lebih dari USD $2, sebuah penurunan yang mencolok dari puncaknya sebelumnya. Kejadian ini mengejutkan banyak orang yang baru saja memasuki pasar dan memberikan pelajaran penting tentang risiko yang terlibat dalam investasi aset digital.

Dampak dari penurunan harga ini cukup signifikan, terutama bagi para pengadopsi awal yang telah berinvestasi dalam Bitcoin dengan harapan akan mendapatkan keuntungan. Banyak dari mereka merasakan kekecewaan yang mendalam, dan beberapa bahkan meninggalkan pasar kripto sepenuhnya. Meskipun demikian, pengalaman ini juga menjadi bagian penting dari perjalanan Bitcoin, yang pada akhirnya menunjukkan ketahanan dan kemampuan untuk pulih. Seiring waktu, Bitcoin berhasil bangkit kembali, membuktikan bahwa meskipun ada tantangan awal, masa depan mata uang kripto ini memiliki potensi yang luar biasa.pasar

Artikel yang diterbitkan oleh The Economist menyatakan bahwa penyebab dari kejatuhan harga Bitcoin pada saat itu tidaklah jelas. Sementara itu, artikel tersebut juga menggambarkan kegilaan Bitcoin yang pertama sebagai sebuah “gelembung spekulatif.” Hal ini menunjukkan keraguan dan skeptisisme yang melingkupi aset kripto pada waktu itu, ketika banyak orang belum sepenuhnya memahami potensi dan dampaknya terhadap dunia keuangan.

Namun, seiring berjalannya waktu, tulisan tersebut terbukti tidak relevan. Bitcoin telah berkembang menjadi salah satu aset dengan kinerja terbaik di dekade 2010-an. Selain itu, Bitcoin juga telah menjadi pelopor dalam menciptakan kelas aset baru yang kini telah berkembang menjadi industri bernilai triliunan dolar. Transformasi ini menunjukkan bagaimana teknologi blockchain dan aset kripto mampu merevolusi cara orang berinvestasi dan bertransaksi, meskipun awalnya banyak yang meragukan keberlanjutannya.

Baca Juga :  Terapkan Penyesuaian PPN 12%, Bittime Tegaskan Komitmen pada Kepatuhan Regulasi dan Transparansi

Saat berita ini ditulis, harga Bitcoin berada di angka USD $66.874, berdasarkan data dari Nanovest. Pada awal tahun ini, aset kripto ini bahkan sempat mencapai puncak hampir USD $74.000. Rizzo memperkirakan bahwa nilai Bitcoin telah meningkat sekitar 3.000.000% sejak artikel tersebut diterbitkan 13 tahun yang lalu, menyoroti perjalanan luar biasa yang telah dilalui oleh Bitcoin. Peningkatan nilai ini mencerminkan perubahan pandangan masyarakat terhadap aset kripto, dari skeptisisme awal menjadi pengakuan yang luas atas potensi dan nilai yang dimilikinya.

Jika kamu tertarik untuk mulai berinvestasi di aset kripto, khususnya pada Bitcoin, Nanovest dapat menjadi pilihan kamu untuk mulai berinvestasi dan eksplor aset kripto, sebuah aplikasi investasi kripto yang terpercaya dan aman yang dapat menjadi pilihan terbaik bagi para investor di Indonesia. Bagi para investor yang baru ingin memulai berinvestasi tidak perlu khawatir karena aset yang kamu miliki akan terjamin oleh perlindungan asuransi Sinar Mas sehingga terlindungi dari risiko cybercrime. Dan Nanovest juga telah terdaftar dan diawasi oleh BAPPEBTI, sehingga aman untuk digunakan. Bagi para penggiat investasi yang ingin menggunakan Nanovest, aplikasi ini sudah tersedia di Play Store maupun App Store Anda.

Artikel ini juga tayang di VRITIMES

Berita Terkait

Kolaborasi Nusantara Global Network dan FBS Hadirkan Sistem Self-Rebate Inovatif untuk Maksimalkan Peluang Trading
Solana Pimpin Tren Bullish 2025! Apakah Ini Saat yang Tepat untuk Investasi?
VRITIMES dan Wartaviral.com Resmi Jalin Kerja Sama Strategis untuk Perkuat Ekosistem Media Digital
Prediksi Harga HBAR: Akankah Tren Bullish Berlanjut?
Clav Digital Ekspansi Jogjakarta: Kembangkan Relasi dengan Warga Kota Gudeg di Jogjakini.com
Perbandingan ETF Bitcoin dan ETF Ethereum, Mana yang Lebih Unggul?
Nomor Induk Berusaha (NIB) sebagai Izin Dasar Berusaha di Indonesia
Nusantara Global Network Jalin Kemitraan Strategis dengan FXGT untuk Meningkatkan Kesempatan Trading di Asia Tenggara
Berita ini 3 kali dibaca

Berita Terkait

Minggu, 19 Januari 2025 - 13:29 WIB

Kolaborasi Nusantara Global Network dan FBS Hadirkan Sistem Self-Rebate Inovatif untuk Maksimalkan Peluang Trading

Minggu, 19 Januari 2025 - 10:00 WIB

Solana Pimpin Tren Bullish 2025! Apakah Ini Saat yang Tepat untuk Investasi?

Minggu, 19 Januari 2025 - 08:18 WIB

VRITIMES dan Wartaviral.com Resmi Jalin Kerja Sama Strategis untuk Perkuat Ekosistem Media Digital

Minggu, 19 Januari 2025 - 07:25 WIB

Prediksi Harga HBAR: Akankah Tren Bullish Berlanjut?

Minggu, 19 Januari 2025 - 07:05 WIB

Clav Digital Ekspansi Jogjakarta: Kembangkan Relasi dengan Warga Kota Gudeg di Jogjakini.com

Minggu, 19 Januari 2025 - 01:40 WIB

Nomor Induk Berusaha (NIB) sebagai Izin Dasar Berusaha di Indonesia

Sabtu, 18 Januari 2025 - 14:25 WIB

Nusantara Global Network Jalin Kemitraan Strategis dengan FXGT untuk Meningkatkan Kesempatan Trading di Asia Tenggara

Sabtu, 18 Januari 2025 - 12:47 WIB

Nextgen Gandeng AmakoMedia untuk Meluncurkan Website Berita Nasional yang Akurat dan Terpercaya

Berita Terbaru

Bisnis

Prediksi Harga HBAR: Akankah Tren Bullish Berlanjut?

Minggu, 19 Jan 2025 - 07:25 WIB