Dari Gaji Pas-pasan dan Impian Punya Kosan : Ferry Reviandy Bangun Bisnis Working Space Tanpa Modal

- Editor

Selasa, 6 Mei 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pada tahun 2011, Ferry Reviandy adalah karyawan kantoran seperti banyak orang lainnya. Gajinya pas-pasan, dan tak jarang harus mengandalkan kasbon di akhir bulan. Dalam diam, ia menyimpan mimpi sederhana: punya kos-kosan.
Bukan karena ingin terlihat sukses, tapi karena logika sederhananya: “Enak ya, punya kos-kosan… gak harus ditungguin, tapi profit bisa jalan terus,”
Namun mimpi itu segera dibenturkan dengan kenyataan, ia tidak punya modal.
Alih-alih menyerah, Ferry justru memutar arah. Ia mulai bertanya: kalau gak punya uang, apa yang masih bisa saya punya?
Jawabannya waktu itu hanya satu: kemauan belajar.

Mencoba Peruntungan Pertama: Kredit Bank untuk Kos-Kosan

Ferry tidak serta-merta meninggalkan mimpinya. Ia belajar, mencari informasi, dan akhirnya mencoba satu jalan yang realistis, yakni mengajukan kredit ke bank. Tak semua aplikasi disetujui. Akan tetapi, dari proses panjang itu, ia akhirnya berhasil mendapatkan pembiayaan dan membeli properti pertamanya.

Bisnis kos-kosan pun dimulai, tetapi kenyataannya tidak seindah bayangan.

Pendapatan dari penyewa masuk, tetapi harus segera dibagi ke cicilan bulanan, biaya operasional, dan pemeliharaan. Profitnya ada, tapi nyaris tak terasa. Jalan ke depan seakan mentok.

“Kalau tiap mau buka kosan harus pinjam bank lagi, sampai kapan?”

Ia tahu, sebagai karyawan dengan penghasilan terbatas, cara seperti ini hanya akan membuatnya berputar di tempat.

Lahirnya Ide Baru Bisnis Properti Tanpa Beli

Dari kejenuhan itu lahirlah ide: bagaimana kalau properti tidak harus dimiliki, tapi bisa dikerjasamakan?

Ferry mulai mengamati peluang baru: working space, sebuah ruang kerja yang bisa disewakan per jam atau per hari. Ia sadar, berbeda dari kos-kosan yang harus dibeli lebih dulu, working space punya peluang untuk dijalankan lewat kerja sama dengan pemilik properti.

Baca Juga :  PTPP Selesaikan RSUD Rengasdengklok, Wujudkan Program Asta Cita Pemerintah dalam Pemerataan Layanan Kesehatan di Karawang Utara

Ia mulai mendekati kenalan yang punya ruko atau rumah kosong. Tidak mudah. Dari enam hingga tujuh orang yang ia ajak bicara, baru satu yang bersedia.

Namun dari situlah langkah besar dimulai.

Skema Sederhana, Tapi  Berdampak Besar

Salahs satu working space yang Ferry kelola

Skema kerja samanya sederhana: pemilik properti menyediakan tempat dan sebagian pembiayaan renovasi, Ferry yang menjalankan operasional dan mengelola penyewa. Tanpa membeli aset, tanpa modal besar, tetapi tetap menghasilkan.

Yang membuatnya terpukau, pendapatan dari working space ternyata lebih bertumbuh dari kos-kosan. Karena ruangan bisa disewakan ke banyak pihak di jam berbeda, satu tempat bisa menghasilkan berlipat ganda tanpa harus ‘dimiliki’ oleh satu orang selama 24 jam seperti kos.

“Selama dua tahun pertama, bisnis ini tumbuh sangat baik. Bahkan lebih stabil dibanding properti lainnya,” ujarnya.

Tantangan Tak Terduga: Pandemi dan Ketahanan Mental

Tahun 2020 datang sebagai ujian untuk semua bisnis. Pandemi melanda. Banyak sektor jatuh. Working space juga terkena imbas, tapi tidak sedalam yang ia bayangkan.

“Beberapa penyewa bangkrut, ada penurunan, tapi hanya 15-20%. Tidak sampai mati total.”

Kenapa bisa begitu? Karena mayoritas penyewa working space adalah para pengusaha. Dan para pengusaha, kata Ferry, akan selalu mencari cara untuk bertahan.

“Kalau dibanding kos-kosan saat pandemi, banyak penghuninya pulang kampung. Drop-nya bisa sampai 90%. Tapi working space tidak. Justru ini memperlihatkan daya tahan model bisnis ini,” ungkapnya.

Menyederhanakan Sistem, Membuka Peluang untuk Banyak Orang

Setelah lebih dari satu dekade, Ferry menyadari: working space bukan hanya tentang menyewakan ruangan. Tapi tentang membuka peluang untuk banyak orang memulai bisnis properti, tanpa harus memiliki properti.

Baca Juga :  Rayakan Anniversary ke-2, Bittime Tumbuh Signifikan Hingga 20 Kali Lipat

Melalui sistem kemitraan dan skema kerja sama yang fleksibel, siapa pun—termasuk mereka yang tidak punya modal besar—bisa memulai.

“Jangan patah arang hanya karena kita tidak punya aset. Justru di sanalah letak kreativitas dan keberanian kita diuji,” jelasnya.

Kini, Ferry mengelola tiga brand working space nasional yang tersebar di Jakarta, Tangerang, dan Jawa Tengah. Ia telah menyusun modul lengkap berisi 13 tahun pengalamannya, termasuk kesalahan, kegagalan, dan strategi bertahan.

Lebih dari sekadar modul, ia membangun komunitas dari berbagai kota di Indonesia. Tempat belajar bersama tentang skema bisnis working space yang bisa dilakukan siapa saja.

“Kalau dulu saya mulai dengan keterbatasan, hari ini saya ingin membuka jalan bagi lebih banyak orang,” katanya.

Workshop bersama komunitas

Bukan Soal Modal, Tapi Mindset

Kisah Ferry bukan tentang betapa besar modal yang dibutuhkan untuk memulai bisnis. Tapi tentang betapa jauh langkah bisa ditempuh kalau seseorang berani mencari jalan lain.

Ketika orang lain melihat properti sebagai beban besar, ia melihatnya sebagai ruang kerja. Ketika orang lain menyerah karena tak punya uang, ia menawarkan kemitraan.Ketika dunia terpuruk oleh pandemi, ia tetap bertahan.

Ferry Reviandy membuktikan, kadang yang kita butuhkan bukanlah modal besar, tapi cara pandang baru dan kemauan untuk bergerak dulu, meski belum sempurna.

Dan dari sanalah, pintu-pintu terbuka satu per satu.

Artikel ini juga tayang di VRITIMES

Berita Terkait

Lebih dari 4.500 Mahasiswa UPN Veteran Jakarta Belajar Berpikir Kritis di Era AI
KAI Daop 2 Bandung Sampaikan Permohonan Maaf atas Keterlambatan Sejumlah Perjalanan Kereta Api dari Jakarta Akibat Adanya Gangguan Perjalanan di Stasiun Kedunggedeh
Kereta Api, Urat Nadi Pertahanan Bangsa yang Tak Pernah Berhenti Bergerak
KAI Daop 8 Surabaya Terapkan Ketentuan Baru Penggunaan Powerbank di Kereta Api
Trump ‘Selamatkan’ CZ, Apakah Ini Sinyal Pro-Kripto dari Gedung Putih?
BINUS University Menjadi Tuan Rumah Grand Final Startup Wars 2025: Mempersiapkan Generasi Venture Capitalists Baru di Asia Tenggara
YourBestie, Platform Sewa Motor Pertama di Indonesia, Kini Hadir di 9 Kota
Setelah Reli Panjang, Harga Emas Melemah ke $4.054 per Ons Jelang Rilis Data Inflasi AS
Berita ini 8 kali dibaca

Berita Terkait

Sabtu, 25 Oktober 2025 - 20:26 WIB

Lebih dari 4.500 Mahasiswa UPN Veteran Jakarta Belajar Berpikir Kritis di Era AI

Sabtu, 25 Oktober 2025 - 20:08 WIB

KAI Daop 2 Bandung Sampaikan Permohonan Maaf atas Keterlambatan Sejumlah Perjalanan Kereta Api dari Jakarta Akibat Adanya Gangguan Perjalanan di Stasiun Kedunggedeh

Sabtu, 25 Oktober 2025 - 13:53 WIB

Kereta Api, Urat Nadi Pertahanan Bangsa yang Tak Pernah Berhenti Bergerak

Sabtu, 25 Oktober 2025 - 13:17 WIB

KAI Daop 8 Surabaya Terapkan Ketentuan Baru Penggunaan Powerbank di Kereta Api

Sabtu, 25 Oktober 2025 - 09:00 WIB

Trump ‘Selamatkan’ CZ, Apakah Ini Sinyal Pro-Kripto dari Gedung Putih?

Jumat, 24 Oktober 2025 - 23:31 WIB

YourBestie, Platform Sewa Motor Pertama di Indonesia, Kini Hadir di 9 Kota

Jumat, 24 Oktober 2025 - 23:00 WIB

Setelah Reli Panjang, Harga Emas Melemah ke $4.054 per Ons Jelang Rilis Data Inflasi AS

Jumat, 24 Oktober 2025 - 22:24 WIB

Menteri PU Perkuat Infrastruktur Permukiman : Sasar Kawasan Kumuh, Destinasi Wisata, dan Pengentasan Kemiskinan

Berita Terbaru