algarinews.com – JANTENG – Dua periode memimpin Jawa Tengah, tidak mungkin Ganjar Pranowo dilupakan begitu saja oleh warganya. Yang bilang kemarin suara Jateng untuk partai banteng menghilang, coba dikoreksi ulang.
Justru sebaliknya, Gnajar sosok paling gemati, maka cinta, kasih dan sayang dari warga mengelilinginya sebagai pemimpin yang betul peduli dan merakyat. Karena warga sudah dianggap sebagai keluarganya, dia memposisikan diri sebagai saudara mereka sendiri.
Menurut kacamata besar saya, Ganjar menjadi gubernur pembeda dari yang lain, karena dia punya banyak kontribusi untuk memberi banyak perubahan bagi tubuh Jateng. Provinsi yang padat akan penduduk, sesuai dengan banyaknya jumlah masyarakat sebanding juga dengan permasalahan yang dihadapi di dalamnya.
Mulai kemiskinan yang menjadi perbincangan banyak haters, stunting, KKN, dan permasalahan lainnya yang silih berganti memenuhi aplikasi LaporGub buatan Ganjar. Jateng mengingatkan langkahnya yang terus bergerak untuk blusukan ke pasar, menekan inflasi, merevitalisasi bangunan pasar, membangun embung untuk kebutuhan pengairan sawah, meratakan jambanisasi, melakukan pendampingan dengan penyandang disabilitas, membuat aplikasi untuk nelayan beserta mengembangkan kapal listrik berbasis baterai, membuat ekonomi hijau dengan EBT, melobby untuk pengadaan listrik di daerah terpencil, menurunkan kemiskinan dengan bantuan pembangunan rumah, sampai ke menggagas sekolah gratis yang bisa langsung disalurkan untuk bekerja, dan mungkin masih banyak lagi yang tidak bisa saya deskripsikan.
Pengalamannya duduk di kursi eksekutif dengan aktifnya pergerakannya demi memberikan kesejahteraan dan perubahan di Jateng, menjadi bukti bahwa dia lebih dari siap menjadi penerus Presiden Jokowi.
Tagline yang dibawanya adalah perbaikan. Dia akan memperbaiki apa yang memang buruk di era sang presiden. Begitu pula dengan yang sudah baik, dia akan melanjutkan dengan sentuhan inovasi sebagai wujud akselerasi untuk meraup bonus demografi nanti.
Beberapa hari ini, fenomena Ganjar berkunjung ke kota dan kabupaten di Jateng cukup membuat kita ikut terciprat rasa suka cita. Gimana tidak ikutan senang, kalau bertandang ke Solo saja suaranya masih nampak kompak mengobarkan kemenangan. Saat sowan kepada Habib Syech, hormonisasi mengalir begitu hangat. Keeratan genggaman, dan pelukan Habib Syech menjadi penguat Ganjar untuk terus bergerak dan berjuang.
Berlari ke Sukoharjo dipenuhi akan curhatan warga yang mengaku kangen padanya. Berkunjung ke Klaten, suasana heboh di beberapa tempat membuat warga mendekat untuk menyapanya secara langsung. Bahkan warga sampai heran dan tidak percaya bahwa mereka masih diperkenankan untuk bertemu gubernurnya dulu yang akan menjadi calon presiden negeri ini.
Bergeser untuk keliling ke Wonogiri juga mendapat sambutan yang sangat meriah. Apalagi saat meluncurkan program andalan SMKN gratis yang ditingkatkan ke tingkat nasional, harapan memenuhi anak-anak negeri ini untuk terus menuntut ilmu tanpa mengkhawatirkan biaya dan lapangan pekerjaannya.
Begitu saat pulang ke kampung halamannya di Karanganyar, bukan hanya tetangganya tapi Ganjar juga dihampiri warga dari berbagai daerah. Sekedar bertemu hingga meminta tanda tangan untuk karya lukisnya. Di Temanggung dia ikut berbaur bersama gus-gus muda dalam acara sholawatan bareng warga di sana, suasanya tidak kalah meriah. Semua masih, kompak dan solid untuk bergandeng tangan bersama Ganjar.
Geser lagi ke Magelang, dia menyapa petani dan pedagang yang kena musibah dari kebakaran pasar. Kedatangannya bentuk penglipur lara, warga seakan lupa apa masalah mereka. Padahal Ganjar datang untuk membantu apa yang mereka butuhkan. Warga justru menyuarakan dukungannya untuk gubernur yang sudah mengomandoinya 10 tahun terakhir ini.
Jalan ke Sragen dia banyak berbincang dengan para petani, ikut mendengar apa yang menjadi keluh kesah hingga aspirasi mereka. Berlari ke Boyolali, sambutan riuh akan keramaian tumpah ruah di sana.
Tak peduli panas maupun air hujan yang mengguyur daerah tempat tinggal warga, antusias masih terpancar jelas untuk bertemu calon pemimpin idola mereka. Di sana pula menjadi pusat konsolidasi, menyatukan suara, kekompakan serta kesolidtan untuk terus mengobarkan semangat persatuan menuju kemenangan.
Melihat fenomena crowded di tanah Jateng begitu, saya jadi bertanya-tanya dimana letak redupnya Jateng akan suara kendang banteng? Itu hanya suara provokator saja.
Sama halnya di lapangan, survei pun membenarkan bahwa memang suara Ganjar di Jateng masih merajai posisi.
Masyarakat Jateng sudah paham betul kinerja seorang Ganjar, karena warga merasakan langsung ketulusan capres 03 itu. Tidak perlu banyak gimmick dan provokasi lain, karena hati mereka tidak bisa bohong. Masih sama dan akan selalu sama, Ganjar di hati sampai nanti dia menjadi presiden tahun 2024. Ya, doa itu sudah selalu terlantun dalam setiap kesempatan.